PERENCANAAN PETA PETAK IRIGASI
- oleh admindpu
- 24 Agustus 2021
- 23004 views
Perencanaan peta petak adalah kegiatan awal perencanaan Irigasi pada taraf perencanaan ini menunjukan tata letak pendahuluan yang memperlihatkan/menunjukan:
a) Lokasi bangunan utama.
b) Trase jaringan irigasi dan jaringan pembuang.
c) Batas-batas dan perkiraan luas petak (dalam ha) jaringan irigasi dengan petak Primer, petak sekunder dan Petak tersier serta daerah yang tidak bisa diairi.
d) Bangunan-bangunan pada jaringan irigasi dan pembuang lengkap dengan fungsi dan tipenya.
e) Konstruksi lindung terhadap banjir dan tanggul.
f) Jaringan jalan dengan bangunan-bangunan nya.
Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta topografi dengan skala 1:5.000.Peta dengan skala ini cukup untuk memperlihatkan keadaan keadaan medanagar dapat ditarik interpretasi yang tepat mengenai sifat sifat utama medan tersebut. Garis garis kontur harus ditunjukkan dalam peta ini dengan interval 0,50 m untuk daerah datar dan 1.00 m untuk daerah daerah dengan kemiringan medan lebih dari 2 persen. Peta topografi merupakan dasar untuk memeriksa menambah dan memperbesar detail topografi yang relevan seperti:
a) Sungai sungai dan jaringan pembuang alamiah dengan identifikasi batas-batas daerah aliran sungai, aspek ini tidak hanya terbatas sampai pada daerah irigasi saja, tetapi sampai pada daerah aliran sungai seluruhnya (akan digunakan peta dengan skala yang lebih kecil).
b) Identifikasi punggung medan (berikutnya dengan hal diatas) dan kemiringan medan di daerah irigasi.
c) Batas administratif desa, kecamatan, kabupaten dan sebagainya, batasbatas desa akan sangat penting artinya untuk penentuan batas petak tersier, batas batas kecamatan dan kabupaten penting untuk menentukan letak administratif proyek dan pengaturan kelembagaan nantinya.
d) Daerah pedesaan dan daerah daerah yang dicadangkan untuk perluasan desa serta kebutuhan air pedesaan.
e) Tata guna tanah yang sudah ada serta tanah tanah yang tidak bisa diolah juga diidentifikasi pada peta kemampuan tanah.
f) Jaringan irigasi yang ada dengan trase saluran bangunan-bangunan tetap dan daerah daerah layanan.
g) Jaringan jalan dengan klasifikasinya termasuk lebar bahan perkerasan ketinggian dan bangunan
h) Trase jalan kereta api ketinggian dan bangunan-bangunan tetapnya.
i) Lokasi kuburan sedapat mungkin dihindari dalam perencanaan trase.
j) Daerah daerah yang dipakai untuk industri dan bangunan-bangunan tetap/permanen.k) Daerah daerah hutan dan perhutanan yang tidak akan dicakup dalam proyek irigasi
l) Daerah daerah persawahan, dataran tinggi dan rawa rawa, tambak ikan dan tambak garam.
Perencanaan Peta Petak terdiri dari:
1) Pembuatan Peta Petak Skala 1 : 5.000.
2) Pembuatan Peta Ikhtisar Skala 1 : 25.000.
3) Pembuatan Skema Irigasi .
4) Pembuatan Skema Bangunan (Perkiraan Sementara).
5) Pembuatan Dimensi Saluran (Perkiraan Sementara).
6) Pembuatan Daftar Elevasi Muka Air Di Saluran (Perkiraan Sementara).
Kriteria Perencanaan Peta Petak
a) Data yang dibutuhkan
1) Peta lokasi rencana pengembangan irigasi hasil kesepakatan publik setempat dan lembaga terkait
2) Peta topografi / peta situasi lokasi daerah irigasi skala 1 : 5000 dan 1 : 25.000 hasil pengukuran
3) Hasil perhitungan water balance/keseimbangan air antara ketersediaan dan kebutuhan air ( luas daerah irigasi yang dapat diairi dan kebutuhan air maksimum dalam l / det / ha )
b) Masalah yang harus diperhatikan
1) Jaringan irigasi harus berada ditempat tertentu sehingga sawah yang tertinggi dan terjauh dapat diairi
2) Jaringan irigasi harus berada pada batas kepemilikan tanah sehingga kepemilikan tanah tidak terpecah-pecah
3) Bila saluran memotong bukit harus diperhitungkan untung ruginya bila dibandingkan dengan melalui garis tinggi
c) Batas - batas petak tersier
1) Tergantung dari kondisi topografi
2) Batas petak dapat berupa saluran drainase, sungai, jalan dan batas desa.
3) Diusahakan terletak pada batas administrasi desa (jadi dihindari satu petak tersier berada dalam dua desa)
4) Diusahakan batas petak tersier adalah sama dengan batas hak milik
d) Luas dan bentuk petak tersier
1) Menurut pengalaman, ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara 50 ha - 100 ha (maksimum 150 ha jika keadaan memaksa).
2) Luas petak kuarter antara 8 ha - 15 ha.
3) Bentuk optimum petak tersier adalah bujur sangkar
4) Luas Petak Tersier diukur dengan planimeter dan hasilnya dikurangi 10%
e) Panjang saluran tersier
1) Maksimum panjang saluran tersier < 1500 m (sawah terjauh dari pintu sadap, 1500 m)
2) Maksimum panjang saluran kuarter < 500 m
f) Debit Rencana
Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus berikut:
Q =(c×a×A)e
dimana:
Q = debit rencana (l/dt )
c = koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan
a = NFR = Irr = kebutuhan bersih (netto) air sawah (l/dt/ha)
A = luas daerah yang diairi (ha)
e = efisiensi irigasi secara keseluruhan (akibat bocoran)
Jika air yang dialirkan oleh saluran juga untuk keperluan selain irigasi maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan itu dengan memperhitungkan efisiensi pengaliran.
g) Kebutuhan air di sawah
Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1) Cara penyiapan lahan
2) Kebutuhan air untuk tanaman
3) Perkolasi dan rembesan
4) Pergantian lapisan air, dan
5) Curah hujan efektif
Kebutuhan total air disawah GFR) mencakup faktor a sampai d, kebutuhan bersih (netto) air disawah (NFR) memperhitungkan curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman dan bergantung kepada cara pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari. Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada perhitungan kebutuhan air untuk tanaman padi. Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor di atas.
h) Efisiensi
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil, akan hilang sebelum air sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan olehkegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan.Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat eksploitasi. Perhitungan rembesan hanya dilakukan apabila kelulusan tanah cukup tinggi.
Pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi dapat di bagi-bagi sebagai berikut:
(1) 15 – 22,5 % di saluran tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah.
(2) 7,5 - 12,5 % di saluran sekunder
(3) 7,5 - 12,5 % di saluran primer
Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi dan efisiensi yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40%, kadangkadang lebih realitis, apalagi pada waktu-waktu kebutuhan air rendah.
Walaupun demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai.Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan di atas, dapat dipakai pada proyek-proyek irigasi yang sumber airnya terbatas dengan luas daerah yang diairi sampai 10.000 ha. Harga-harga efisiensi yang lebih tinggi (sampai maksimum 75 %) dapat diambil untuk proyek-proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi yang airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik di daerah yang baru dikembangkan, yang sebelumnya tidak ditanami padi, dalam tempo 3 - 4 tahun pertama kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi dari pada kebutuhan air di masa-masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa menjadi 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari pada yang direncana, ini untuk menstabilkan keadaan tanah itu.
Dalam hal-hal seperti ini kapasitas rencana saluran harus didasar kan pada kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada kapasitas jaringan saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air disawah berkurang. Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat perembesan dan evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan kehilangan-kehilangan lain harus diperkirakan.
SUMBER: Modul Pengetahuan Umum Irigasi (-wSDA-)